Hidupmu Macet? Belajarlah dari Ban Bekas, yang Pernah Berlari di Jalan Mulus dan Kini Teronggok di Pinggir Waktu

NURULEKA.COM - Ketika Hidup Tak Selalu di Atas Aspal Mulus

Pernahkah kamu memperhatikan ban bekas di bengkel pinggir jalan? Dulu ia adalah bagian penting dari kendaraan—menggulung cepat di jalan tol, menempuh ribuan kilometer tanpa pernah mengeluh. Tapi lihat sekarang, ia diam, tua, usang. Tak lagi dibutuhkan. Sekilas, seperti hidup yang sedang ‘di bawah’.

Namun, justru dari ban bekas inilah kita bisa belajar arti dari “roda kehidupan”.

Roda Itu Berputar — Bukan Diam di Satu Titik

Hidup memang seperti roda—ada kalanya kita berada di atas, dihormati, dirayakan, dilimpahi rezeki dan perhatian. Tapi seperti ban, tidak selamanya kita berada di posisi yang paling tinggi. Ada saatnya kita mengalami kejatuhan, kehilangan, dilupakan, bahkan dianggap tidak berguna.

Tapi apakah itu akhir?

Ban Bekas Tetap Punya Arti

Menariknya, ban bekas yang sudah tak layak pakai di jalan raya, ternyata bisa didaur ulang. Ada yang dijadikan ayunan, meja kafe, pot tanaman, bahkan karya seni. Fungsinya memang berubah, tapi nilainya tetap ada.

Begitu juga manusia. Ketika kita merasa gagal, tak lagi dilibatkan, atau kehilangan posisi yang dulu dibanggakan—bukan berarti kita habis. Kita hanya sedang diputar ke sisi lain dari hidup. Bisa jadi, peran kita berubah… tapi tetap punya makna.

Bangkit dengan Kesadaran: Semua Orang Pernah di Bawah

Bahkan orang paling sukses di dunia pun, punya fase ‘ban bocor’. Terpuruk. Terpinggirkan. Tapi mereka tak berhenti di sana. Mereka tahu, selama roda masih bulat dan waktu terus berjalan, pasti ada giliran untuk naik lagi.

Jangan iri ketika orang lain di atas, dan jangan sombong ketika kamu di atas. Karena hidup ini, seperti ban—berputar.

Dan bila suatu saat kamu merasa seperti ban bekas, ingatlah… kamu tetap bisa berguna, tetap bisa berkontribusi, dan siapa tahu... kamu sedang menyiapkan bentuk peranmu yang lebih kuat.