Berita Kok Kayak Billboard, Bayar Muncul, Gak Bayar Hilang!

SERIES NYANTAI CANGKRUKAN NING WARUNG, edisi menyentil dunia media yang katanya “independen”, tapi nyatanya penuh pesanan.

Suasana:
Sore mendung, warung kopi makin ramai. Bau kopi hitam dan gorengan panas memenuhi udara. Di meja depan, Mas Bagio dan Bu Tantri duduk santai sambil sesekali tertawa kecil. Tapi topik hari ini cukup bikin dahi mengernyit.

Mas Bagio:
(menunjukkan layar HP ke Bu Tantri)
"Bu, iki lho berita sing viral kemarin. Kok mendadak raib. Katanya tadi pagi sudah ditakedown."

Bu Tantri:
(menatap layar, heran)
"Lho, padahal isine penting. Ngungkap soal proyek mark-up. Lah, kok ilang?"

Mas Bagio:
"Yo ngono kui... nek berita dadi komoditas, sing duwe duit sing menang. Bayar, muncul. Gak bayar, raib. Koyok iklan billboard."

Bu Tantri:
"Iyo Mas... saiki angel misahno berita karo advertorial. Kadang ngaku wawancara eksklusif, tapi isine pujian doang."

Mas Bagio:
"Kok rasane berita saiki ora nyari kebenaran, tapi nyari klien."

Bu Tantri:
"Halah... awakmu kok ngutip-ngutip bahasane wartawan tempoe doeloe. Tapi emang bener, Mas. Media saiki ora mung dikuasai rating, tapi juga disetir transferan."

Mas Bagio:
(mengaduk kopinya pelan)
"Parahne maneh, rakyat percaya mentah-mentah. Lha wong tampilannya meyakinkan, padahal cuma pesenan."

Bu Tantri:
"Jurnalisme sing seharusnya pilar demokrasi, saiki malah digoncang invoice. Nek ora kuat iman, awakmu bisa ditawari ‘paket pemberitaan’ juga lho."

Mas Bagio:
"Hahaha... iyo Bu, paketnya lengkap: berita positif, framing netral, plus bonus influencer sok idealis."

Penutup:
Kopi mereka tinggal setengah, tapi obrolan makin dalam. Warung kecil itu kembali jadi tempat “briefing rakyat” — versi jujur dan nyleneh dari panggung berita nasional.

🟤 Eksklusif hanya di Nuruleka.com
📍 “SERIES NYANTAI CANGKRUKAN NING WARUNG” — di mana kebenaran kadang lebih jujur dari breaking news.