NURULEKA.COM - Perjuangan bangsa Indonesia untuk meraih kemerdekaan tidak hanya diwarnai oleh pertempuran fisik, tetapi juga lewat perlawanan politik yang cerdas dan strategis. Salah satu tokoh sentral dalam perjuangan ini adalah Ir. Soekarno, atau yang lebih dikenal sebagai Bung Karno. Dalam menghadapi kekuatan kolonial Belanda, Bung Karno mengusung pendekatan perlawanan politik yang memainkan peran vital dalam membangkitkan kesadaran nasional hingga akhirnya memproklamirkan kemerdekaan Indonesia pada 17 Agustus 1945.
1. Awal Pergerakan: Nasionalisme dan Organisasi Politik
Pada era 1920-an, Bung Karno mulai aktif dalam pergerakan politik melawan penjajahan Belanda. Ia mendirikan Partai Nasional Indonesia (PNI) pada tahun 1927, yang memiliki misi utama untuk mencapai kemerdekaan Indonesia melalui cara non-kooperatif, yaitu menolak bekerja sama dengan pemerintahan kolonial Belanda.
“Kita jangan meminta-minta kemerdekaan. Kita rebut dengan kekuatan kita sendiri,” – Bung Karno.
2. Penangkapan dan Pengasingan: Bung Karno Tak Pernah Diam
Pergerakan Bung Karno tidak luput dari pengawasan Belanda. Ia beberapa kali ditangkap dan dipenjara, termasuk di Penjara Banceuy (1929) dan kemudian diasingkan ke Ende (1934) serta Bengkulu (1938). Namun, masa pengasingan justru memperkuat pemikiran dan strategi politiknya.
Dalam pengasingan, Bung Karno terus membangun jaringan perjuangan, menulis pidato-pidato inspiratif, dan mengembangkan pemikiran ideologis yang kelak dikenal sebagai Pancasila.
3. Peran Strategis dalam Masa Pendudukan Jepang
Saat Jepang menduduki Indonesia pada tahun 1942, Bung Karno memainkan politik dua muka yang cerdik. Di satu sisi, ia memanfaatkan kedekatannya dengan Jepang untuk mempersiapkan rakyat Indonesia secara organisasi dan mental. Di sisi lain, Bung Karno tetap menyuarakan semangat kemerdekaan melalui organisasi semu seperti Pusat Tenaga Rakyat (Putera) dan BPUPKI yang dibentuk Jepang.
“Kemerdekaan adalah hak segala bangsa, dan oleh sebab itu penjajahan di atas dunia harus dihapuskan.” – Pembukaan UUD 1945.
4. Menuju Proklamasi: Tekanan, Taktik, dan Tindakan Tegas
Setelah Jepang kalah dalam Perang Dunia II, situasi menjadi sangat genting. Belanda berupaya kembali menguasai Indonesia. Namun, Bung Karno bersama Bung Hatta dan tokoh-tokoh muda melakukan manuver politik cepat. Pada 17 Agustus 1945, Indonesia memproklamasikan kemerdekaannya.
Peristiwa ini bukan sekadar deklarasi formal, tetapi merupakan puncak dari perlawanan panjang dan taktis yang dilakukan Bung Karno dan kawan-kawan.
Bung Karno dan Politik Kecerdasan Melawan Penjajah
Perlawanan Bung Karno terhadap Belanda bukan hanya melalui senjata, tapi lebih banyak melalui ide, diplomasi, organisasi, dan semangat tak kenal lelah. Ia membuktikan bahwa perjuangan politik yang terorganisir bisa menjadi senjata ampuh dalam melawan penjajahan.
“Bangsa yang besar adalah bangsa yang menghargai jasa pahlawannya.” – Bung Karno.
Komentar0