SERIES NYANTAI CANGKRUKAN NING WARUNG, kali ini edisi positif, membahas manfaat digitalisasi yang mulai merambah hingga ke warung kopi dan dompet rakyat.
Latar Suasana:
Pagi cerah di warung kopi, sinar matahari masuk lembut dari sela-sela dinding kayu. Di pojokan, Mas Bagio sedang memindai QR code di meja, sementara Bu Tantri memperhatikan dengan ekspresi kagum.
Bu Tantri:
(menyesap kopi, lalu tersenyum)
"Wah, Mas... saiki warung kopi wes bisa QRIS-an, lho. Aku kemarin ke pasar, tukang tempe wae wes nerimo e-wallet."
Mas Bagio:
(mengangguk bangga sambil simpan HP)
"Iyo Bu... sekarang opo-opo serba digital. Gak usah repot nyeluk kembalian, ora perlu dompet tebel. Tinggal scan, beres."
Bu Tantri:
"Mbiyen ngelamar kerja kudu print berlembar-lembar. Saiki mung upload file. Bayar pajek, kirim paket, malah urus BPJS yo online kabeh."
Mas Bagio:
"Iyo. Nek dulurku di desa, saiki wis iso dagang online. Cakupan pelanggan luwih luas, padahal dia jualan keripik doang."
Bu Tantri:
"Aku malah seneng Mas... sekarang belajar agama, ngaji, parenting, bisnis... kabeh iso lewat HP. Tinggal niat dan paket data."
Mas Bagio:
"Digitalisasi iku kaya pisau, Bu. Yen dipake bener, iso motong rantai keterbatasan. Tapi nek salah, yo iso nglarani."
Bu Tantri:
"Sing penting kita melek dan paham carane. Gak usah anti, tapi kudu ati-ati. Mosok kalah karo bocah SD sing saiki wis jago coding."
Penutup:
Kopi panas dan sinyal Wi-Fi warung jadi saksi obrolan inspiratif pagi itu. Kemajuan teknologi bukan cuma urusan kota besar — tapi sudah jadi bagian dari kehidupan harian wong cilik juga.
📲 Nyantai tapi melek zaman – hanya di NURULEKA.COM
📍 “SERIES NYANTAI CANGKRUKAN NING WARUNG” — obrolan sederhana, makna luar biasa.
Komentar0